Thursday 12 March 2015

I Got Married and I'm very Grateful

*CURHAT*

Udah 2 minggu tapi ucapan ijab dan qabul antara Bapak dan Aa, juga nasihat pernikahan masih aja terngiang-ngiang. Apalagi inget kalo H-1 masih kesana kemari, gak ada cerita pingit-pingitan karena semua konten acara dimanage sendiri......... kecuali sesi iindia-an yang dimanage secara rahasia (katanya SURPRISE!!! bentuk rasa sayang temen-temen JARIS PRODUCTION ke kang Didit) *duh bener yaaaaa kalian ini :')


Sebenernya cuman diawali sama selentingan biasa, iseng-iseng tapi berharap dikabulin. Gini ceritanya "Aa, kayanya kalo tema resepsi nikah kita itu 'JARIS PRODUCTION' sekalian launchingnya 'LD Event & Wedding Solution' bakalan seru deh. Kita bisa minimalisir dana resepsi, yaaaa semacem setiap kali kita bikin pagelaran mandiri kolosal kabaret tahunannya Jaris. Palingan catering aja yang gak bisa diminimalisir hehe. Aku yakin aa bisa manage ini juga... sama kok kaya event yang aa manage seperti biasanya. Cuman bedanya event nikah banyak pihak yang pengen terlibat, rada sabar yaaah... hehe" *padahal dalem hati masih ragu bisa apa engga ya aa manage event resepsi nikah dengan posisi sebagai pengantin? karena saya pun yang tadinya kekeuh pengen make up an sendiri pada akhirnya nyerah karena banyak yang bilang GAK BOLEH MAKE UP SENDIRI huhuhu frown emoticon Tapi alhamdulillah.... Banyak orang yang sayang sampe semuanya lancar..
Puji Syukur Alhamdulillah...
Dan ternyata.. Tada~~~* Jadilah satu event resepsi pernikahan yang beneran anti-mainstream (seperti orangnya hehe)

Dan sebagai tanda rasa syukur saya ingin ucapkan banyak terimakasih kepada:
*Mamah Bapak dan Mamah Bapak Aa, keluarga besar saya dan Aa
*Semua tamu undangan yang menyempatkan hadir buat ngasih doa dan restu juga
*LD Wedding -> Jujur aja, dekorasi nikah kita itu HAND MADEEEEEE! dikonsep dan dibikin sama tangan Aa Didit M Hakiem sendiri dengan dibantu Bapak mertua :') makasih banyak....... Terus, tiang lampu bulb di kedua sisi kanan dan kiri itu dibuat sama Bapak saya :')
*Marantina Catering (depan rumah) yang terkenal baik banget pemiliknya.. Makasih ya Bu Haji.. Enak banget makanannya :')
*Andara Photograph makasih banget Dera Karina dkk udah ngasih yang terbaik baik baik banget
Terakhir buat..
*JARIS PRO Perform Art Entertainment untuk SURPRISE yang kereeeeeeeeeen banget berasa nikahan ala India (iin-dia-an) makasih banget buat JARIS STAR Kabaret dan JARIS STAR Dancer.
Satu kalimat, "ini mau nikah apa apa mau bikin pagelaran???"





















sekian CURHATan yang semata mata merupakan bentuk syukur saya, *eh tapi PROMOSI saya juga sih hehehe :D


This Wedding was Organized by:
LD Event & Wedding Solution and JARIS PRO Perform Art Entertainment
*for info just contact me ASAP

Sunday 10 August 2014

Habiburrahman El Shirazy - Ketika Derita Mengabadikan Cinta

saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan..."

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du. Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita...

Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. arapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.

Tiga puluh tahun yang lalu ...
Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah.
Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.

Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar? Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat keluarga besar Al Ganzouri."
Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?
Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi.
Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah."

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu. Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!"
"Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.
Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.
Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah.Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja... tak lebih.
Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.
Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."
Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-pertolongan mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.
Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.
Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba-Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia & lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku... besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung

Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya.

Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra sambil tersenyum.

Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak:

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

-Habiburrahman El Shirazy-

Tuesday 4 February 2014

Syukur Namun Harus Tetap Berhati-hati

Hari ini kondisi saya sedang tidak fit, sejak hari Minggu pagi saya demam. Tetap bersyukur. Karena sakit adalah bentuk cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar lebih peka terhadap khilaf yang dilakukan. Karena, manusia akan selalu khilaf namun selama lingkungan pertemanan kondusif (positif) akan selalu ada yang mengingatkan kebenaran demi kebaikan. Selain itu, sakit adalah penggugur dosa. Maka, tetap berprasangka baiklah pada-Nya.


***

Entah harus mulai dari mana mengucap syukur untuk yang satu ini......

Hari Minggu malam, dia (sebut saja si dia) hehe. Berbincang serius dengan Ayah saya. Ya, akhrinya.... :")


Sengaja menulis di blog pribadi karena menurut kajian islam di salah satu seminar yang saya ikuti terucap kalimat "sembunyikan proses, umumkan hasil". Jujur saya hawatir dengan proses ini, karena sekalinya kami salah melangkah kemudian Allah SWT cemburu apalagi hingga turunya peringatan..... sudah. Tamatlah kami. Apalagi Allah SWT juga yang menggenggam dan membolak-balik hati setiap manusia. Untungnya kami ada dalam satu lingkar ilmu yang dimana disana ada teman-teman dan sahabat-sahabat soleh-solehah yang akan selalu meluruskan dan menguatkan.


Well, saya tidak akan membahas segala kelebihan dia disini. Karena segala puji hanya milik Allah SWT. Tidak baik kita mencintai seseorang melebihi penciptanya. Bahkan khawatir ada paradigma "me-Nuhankan pasangan" (bukan paradigma sih sebenarnya, itu pernah saya alami sampai sampai susah move on. kasihan ya, bodoh sekali ketika dulu pemahaman saya belum sampai ke hal-hal yang benar. Tapi itu dulu. Sudah tidak perlu dibahas. Jadikan pelajaran. Sekali lagi, manusia itu akan selalu khilaf. Apalagi kalau sombong sama Allah dengan gak mau cari ilmunya. Tambah sempoyongan aja hidup di Dunia yang kata Al-Quran hanya ujian. 


Mungkin bagi yang membaca akan mengerti kemana arahnya, ya. Saya hanya minta doanya saja. Semoga proses persiapan dilancarkan. Semoga selama proses ini, Allah ridho dan selalu membersamai niat baik kami untuk menuju halalnya ibadah menikah.


***

Lagi-lagi, saya mengutip kata-kata indah dari seorang inspirator yang pertama kali mengubah presepsi saya. Dari mulai buku pertama "Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses" lalu "Jangan Belajar Kalau Gak Tahu Caranya" dan ini nih yang ketiga "Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta". ----->


HARAPAN SEDERHANA SEORANG WANITA


Wanita bukan layang-layang
Dimana kau bisa tarik ulur perasaannya

Wanita juga bukan robot
Yang bisa seenaknya kau suruh tanpa nurani

Wanita juga bukan ikan di kolam pemancingan
Dimana kau bisa mengumpan, menarik, lalu melepaskannya begitu saja.

Jangan berikan harapan, kalau tak akan memberikan kepastian.
Jangan berikan pujian, kalau akhirnya menyakitkan
Jangan berikan janji, kalau itu akan kau khianati

Bagi wanita,
Hadiah terindah adalah kesetiaanmu
Kado terindah adalah maharmu
Kabar terindah adalah kepastian lamaranmu
Moment terindah adalah akad nikahmu


***

Cukuplah Allah SWT sebagai penolong saya. Saya belum lulus studi, namun pasti ada maksud dibalik semua ini.

” Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)“( al-anaam [6]:59 )

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Bahkan pertemuan saya dengannya pun bukan karena kebetulan. Semuanya telah tercatat di Lauh Mahfudz. Kita memang wayang dan menjalankan skenario-Nya dengan aturan "Taati Perintah-Nya, Jauhi Larangan-Nya". Ya, sekali lagi tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Namun, kita tidak boleh cepat menyimpulkan apa yang belum pasti (takdir) atau bahasa gaulnya, jangan kepo/ so tau sama urusan Allah SWT. Selama ijab qabul belum berlangsung, segalanya harus dijalankan dengan penuh hati-hati. Dan insyaAllah jika mungkin moment menikah ini adalah satu reward untuk saya setelah saya lulus studi. Maka, cepatlah selesaikan studimu, Lilis ! ^^v


Salam hangat,
Lilis Karmilawati

Thursday 28 November 2013

Share di Twitter tentang #SEMANGAT

Lilis: Kata beberapa orang, hari-hari yg saya jalani TAMPAK selalu menyenangkan. Pernah ada yg nanya. Suka sedih gak sih? Perasaan #semangat terus.

Lilis: Jawab. Saya manusia. Ya pasti sama aja. Hidup saya ada senangnya, sedihnya, takutnya, malunya, dan sakit hatinya. Normal saja. #semangat

Ardiansiah: @liliskarmilawti padahal melodramatic -___-

Lilis: Bahkan barusan kata @ardiansiah , saya melodramatic. Kata A saya begini. Kata B saya begitu. Kata C saya begono. #semangat

Lilis: Permasalahannya adalah tentang Personal-Branding dan LINGKUNGAN penunjangnya. #semangat

Lilis: Lingkungan. Ya. Itu merupakan daerah pembentukan karakter diri kita "Character Building". #semangat

Lilis: Dulu. Sekitar 4 tahun yg lalu. Lingkungan saya relatif di zona nyaman, tanpa beban, pengennya have-fun & so pasti BERPACARAN #asik #semangat

Lilis: Tapi, ketika lingkungan saya berubah (kuliah nih ceritanya). Karakter pun ikut berubah. Lingkungan positif dan galau pun datang. #semangat

Lilis: Melodramatic? Oo sangat jelas sekali. Serasa tidak bisa hidup tanpanya (menuhankan pasangan/ hobby). Nanti saya sama siapa? :''''( #semangat

Lilis: Namun. Dibalik semua itu. Bersyukurlah. Karena bisa jadi itu proses pembersihan diri yang Tuhan berikan kepada kita agar BERFIKIR. #semangat

Lilis: Lama ga teh? LAMA. BANGET. Namun kembali lagi, itu bergantung pada dengan siapa kita bergaul setelah galau tersebut. #semangat

Lilis: "Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik."  (HR. Ahmad) #semangat

Lilis: Saya seseorang yg relatif bisa berteman dengan siapapun. Karena menurut saya, semuanya makhluk Alloh dan tidak boleh pilih-pilih. #semangat

Lilis: Namun. Kita harus tahu tujuan kita hidup di Dunia ini semata-mata diniatkan untuk IBADAH. *kan itu yg ditanyain nanti di kubur mah #semangat

Adityo24: @liliskarmilawti sedaaaap

Lilis: Semua hal. Mau lewat bisnis, bantu mamah, kegiatan sosial dan Skripsi (walopun terkadang terbesit pikiran "meni hese Fisika teh") #semangat

Lilis: APAPUN PROFESINYA, semuanya diniatkan untuk IBADAH. Bahkan berteman pun semuanya diniatkan untuk IBADAH. #semangat

Lilis: Hanya saja tadi. Kuatkan diri dengan hal positif. Hal negatif akan selalu datang tanpa kita cari. Bahkan di komunitas positif pun. #semangat

Lilis: Tingkatkan kapasitas penerimaan hal positif dalam diri kita. Jadikan antibodi. Agar si kuman-kuman negatif mati tanpa kita basmi. #semangat

Lilis: Ketika kata IBADAH itu kita hadirkan dalam setiap kegiatan, maka dengan sendirinya kehidupanmu akan menyenangkan & #semangat setiap harinya.

Lilis: Biarkan hanya kepada Alloh lah kamu meminta (curhat). Sesekali ke temen boleh lah ya, saya juga lagi belajar mengurangi yang ini. #semangat

Lilis: Senyum itu menular, senang itu menular, bahagia itu menular apalagi sedih, sedih juga menular. #semangat

Lilis: Mending kita tebarkan kebahagiaan ya, dapet pahala. Daripada menebarkan sedih, apa jadinya ya? :O Saya juga lagi belajar hehe ^^v #semangat

Lilis: Saling mengingatkan & menguatkan. Jangan saling menyakiti (meskipun sudah fitrahnya dan memang syetan selalu menggoda). #semangat

Lilis: Semoga kita bertemu lagi di akhirat nanti yah sahabat-sahabatku. Dengan seyum bergembira. Berbincang tentang jalan hijrah kita. #semangat

Lilis: Cukup sekian. Intinya tebarkan kebaikan. Jadilah kepanjangan tangan Tuhan. Semua yang kita lakukan PASTI akan dibalas. Yakin. #semangat

Lilis: Terakhir. Tadi pagi saya menemukan coretan ini di dinding ruangan Bapak Kepala Bidang Pemodelan Iklim PSTA-LAPAN. #semangat

Lilis: "Satu-satunya cara untuk BAHAGIA adalah dengan MENCINTAI" | Nah, cintai Allah. Bukan makhluknya. Menutun makhluk bukan menuntut. #semangat

Lilis: Kamu ingin apapun, minta lah. Jangan sombong gak mau minta. Namun jalankan perintah-Nya dulu! Agar terhitung sebagai ibadah. #semangat !!!

Lilis: Mau yang versi gaul nya? Mangga, nih! cari yang kaya gini minimal http://liliskarmilawti.blogspot.com/2013/11/date-aiesecer-re-blog-from.html

Date An AIESECer - (Re-Blog from thenadology.tumblr.com)

Date an AIESECer.
Date an AIESECer. Date someone who believes that if their dreams don’t scare them, then they’re not big enough. Date a change maker, a person who believes he was born for a reason. They may not be the perfect flawless people you’ll meet in your life, but you’ll be impressed by how much they’re endlessly working on themselves.

Find an AIESECer. You’ll spot them dancing their own moves (roll calls) on certain songs. They spend too much time on Gmail and Google Drive. Once you get to know an AIESECer, spontaneously you’ll get to know many others. As AIESECers deal with each other as family, they don’t only work together, go visits or work on projects together. But they get so connected that they literally spend their whole time together. They feel free to call their AIESEC friends to hang out together even if they talked to them once. Yes, socializing is that easy when you’re dealing with AIESECers.

Don’t panic when they ask you for personal feedback after anything. It’s not a joke. They will actually consider whatever you’ll tell them. As they are in their journey of self discovery and development. Don’t get bored when they keep telling you about their AIESEC dreams, get very excited when they step into a new role in their AIESEC experience, you may think they’re stupid but you’ll get all these syndromes when you join, too. And you’ll hear the most famous line ever “Didn’t I tell you how awesome it is?”.

Trust me, AIESECers don’t live in their own bubble. You may find them the most interesting people to talk with about politics, philosophy, art and life. AIESECers are travelers and leaders, you’ll get fascinated by how much experience, knowledge and wisdom they have.

Date an AIESECer and the huge amount of motivation you’ll get would be simply unbelievable. An AIESECer would understand that you’re a human being and you need to get motivated every now and then. You’ll find them supporting you like ever, with all the words and actions they can provide you with.

Date an AIESECer so when you’re about to take a new step into your career, you’ll find them your guardian angel. They will interview you before your professional interview, making sure you can pass it and focusing on all your weaknesses that you have to change and work on.

A relationship with an AIESECer would be totally different than any other relation. You’d both sit together and make a goal setting with a certain target and a deadline, you’ll find yourself working on the development of both of you. Whenever you find them not working on their weaknesses, you’ll keep them updated. So at the end of the time period you both agreed on, you’ll find yourself got developed in something, learnt a new skill and had an impact on someone else. AIESECers will bring out the best of you.

Give them challenges. Put them in a competition mood and don’t set rules for the game, you’ll find extremely creative ways they discovered. Travel with them, to somewhere you haven’t traveled before. Get lost with them and don’t fear anything, you’ll enjoy the journey. Exploring with an AIESECer would be the most enjoyable thing you’ll ever do in your life.

It’s okay to make mistakes. An AIESECer would understand, and would give you the space you need to make mistakes, learn from them and move on. An AIESECer won’t expect a perfect partner. An AIESECer won’t need a perfect partner. An AIESECer need a person with flaws and potentials, who’d agree to go on a self development journey, no more no less.

It’s okay to be different, too. AIESECers understand and accept diversity. They know how to get benefited from, they love being with diverse people, not just a copy paste from them. They’ll always show flexibility towards any different opinions or actions. They are open minded and you can be yourself with them, without acting or beautifying.


You won’t need to overact to make an AIESECer notice you’re sad or depressed. They are extremely emotionally intelligent. They will notice and care about you. They would put themselves in your shoes. They will always listen carefully and give you their full attention.

Date an AIESECer and they’ll take you to new places, influential and inspiring movies and talks, recommend you creative books. As AIESECers are always looking for sources of inspiration. With AIESECers you’ll always feel fresh and alive.

Date an AIESECer and you’d be more than proud to introduce them to anyone, your family or your friends. AIESECers are always interesting people to talk with, with so much impressive stories and experiences. They’re passionate, creative and entrepreneurs. They will face whatever challenges they have in their lives.

Date an AIESECer and they will make you something from nothing. They know how to be resourceful and they understand how to enjoy the little things they have. Date an AIESECer and listen to them talking about their society from the positive perspective, as if it’s not a hopeless case. They will always find hope, a light and they will work on it to make it a better place to live in.

Date an AIESECer so they will believe in you, make you believe in yourself and in your potentials. They will show you that you’re a lot more wonderful, special and beautiful than you ever give yourself credit for.

Date an AIESECer so you’ll always be young, wild and free.

Wednesday 27 November 2013

PLA PSTA LAPAN 1 - Alhamdulillah, Puji Tuhan. Bertemu Dengan Sosok Seorang Ibu yang Mamah Banget.

Ini memang bukan kali pertama saya datang ke Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Bandung. Lebih dari sepuluh kali, mungkin. Namun untuk maksud dan tujuan yang lain. Hari ini, 27 November 2013 adalah hari ke-dua saya datang kesini sebagai mahasiswa yang sedang internship (magang). Dan! Saya ingin membiasakan diri untuk menulis di blog kesayangan ini serta menceritakan kejadian-kejadian yang penuh hikmah selama saya berada di tempat magang (akhirnyaaa ya...)

Di hari perkenalan lingkungan (bukan hari pertama magang, ya) saya dikejutkan oleh para ibu-ibu peneliti yang ternyata mereka sangat mengasyikan. Baru hari pertama perkenalan, ada yang nyangka kalo saya penari dan berkata seperti ini "neng Lilis penari ya? ah pasti penari! nanti saya mau minta neng Lilis nari disini" Aduh Tuhanku, apa ada yang gagal dengan personal-branding yang saya bawa di hari pertama perkenalan ya? O_o Apa karena saking bersemangatnya seorang saya yang kinestetis ini?

Lalu, satu minggu kemudian.

HARI PERTAMA

Di hari pertama (kemarin) saya magang, saya dikejutkan oleh seorang ibu peneliti lain namun masih di ruangan yang sama. Ibu yang nampaknya memiliki sikap yang hampir sama dengan mamah saya ini namanya bu Iis. Beliau lulusan S1 Fisika UNPAD dan S2 Meteorologi ITB. Dikarenakan para peneliti di Bidang 3 Pemodelan Iklim PSTA LAPAN ini sedang berada di Jakarta untuk sebuah pertemuan yang katanya hari jadi LAPAN Indonesia, maka ruangan-ruangan di lantai 4 ini kebanyakan tidak ada penghuni nya untuk dua hari kedepan.

Saya langsung mengobrol banyak dengan sosok ibu Iis ini. Baikkkkkkk sekali. Supel. Menyenangkan. Ya, seperti mamah saya. Setidaknya di tempat ini saya memiliki seseorang yang layaknya seperti seorang ibu. Pertama, hal ibu Iis tawarkan adalah meja kantor saya. Bu Iis berkata "Neng, mending meja nya di ruangan utama ya, sebelah ruangan ibu biar deket sama ibu. Jangan ruang bawah di tempat anak-anak magang. Itumah buat cowok-cowok bararau (bau) dan sekarang mah lagi kosong, sararieun hihhh (menakutkan)". Ah iya jawan saya. Puji syukur Tuhan. Lalu bu Iis meneruskan lagi, "Nih disini aja ya, Neng Lilis pake ruang pribadi nya pak Ibnu aja, pak Ibnu nya baru berangkat ke Jepang untuk S3". Ruangan berukuran 7x3 meter ini berada di ruang rapat utama dengan sekat kayu yang nyaman. Kenapa nyaman? karena saya excited dengan dokumen-dokumen beliau yang dimana beberapa diantaranya berhuruf kana. Seolah menyemangati saya untuk serius menyelesaikan PLA dan TA sembari mengambil satu jam dari jam magang untuk mempelajari kembali bahasa jepang. Hati saya berbisik lembut "Pak, semoga saya bisa kesana juga ya Pak ya... Saya pinjam ruangannya. Hehehe :D"

Percakapan saya dan bu Iis pun di akhiri dengan beberapa informasi penting bagi saya disini. Mulai dari arah kiblat, bawa gelas sendiri dari rumah biar bersih, bekal makan dari rumah biar hemat, kalau ingin makan bisa pake microwave dan kulkas nya, sampai dipinjami sandal unyuk sama si ibu. Ah Tuhan, betapa penyayang nya engkau. :')

HARI KEDUA

Kami berbincang sangat banyak. Memang saya yang mulai. Kenapa? Saya ingin berbagi. Berbicara dari hati ke hati. Saya mulai dengan cerita keadaan akademis saya saat ini yang masih mengontrak satu mata kuliah dan itu di luar jurusan Fisika bahkan di luar Fakultas MIPA. Saya ceritakan semua kejadian akademis saya. Untuk apa? Agar beliau mengerti mengapa di semester 9 ini saya masih berkutat dan semacam tertinggal semeseter.

Pecakapan kami pun semakin satu frekwensi. Sampai saya cerita tentang Akademis, keluarga, titik baik perubahan saya di semester 3, Perpustakaan Anak Maleber, AIESEC (karena ketika saya membuka laptop, tidak sengaja beliau melihat foto background dekstop saya yang ketika sedang berada di China) lalu kegiatan saya di I Love Business GIMB, Muda Mulia, Great Muslimah. Sehingga perbincangan kami mengkerucut ke arah passion dan alhasil beliau lebih mengerti apa yang saya butuhkan saat ini. Dan dan dan dan dan!!! beliau mensupport besar untuk keseriusan saya magang di sini. Padaha sebelumnya saya berprasangka buruk bahwa beliau akan menasehati saya dan berfikir negatif karena lelet kuliah. Ternyata tidak. Beliau malah meminta saya untuk berkenalan dengan anak tunggal nya, Imawarni. Saat ini ia sedang berkuliah di Akuntansi UNISBA 2011 dan ternyata memiliki passion di dunia sosial dan bisnis juga namun keadaan sosial di kelasnya kurang mendukung, kata beliau. *baiklah, utusan ALLAH SWT siap meluncur, pikir saya ^^v

Nah. Sudah lah. Ini adalan cerita dua hari saya disini. Terimakasih Tuhan. Semoga apa yang sedang saya jalani saat ini menjadi berkah (manfaat) dan semata-mata hanya karena Engkau.


Bismillah. Luruskan Niat.

Warm Regards,
Lilis <3

Tuesday 26 November 2013

Ar-Rahman (55) : 1-78 | My Favorite Surah, The Greatest Grateful in My Soul

Dengan menyebut Asma Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

(Tuhan) Yang Maha Pemurah,
QS. ar-Rahman (55) : 1

Yang telah mengajarkan Al Qur’an.
QS. ar-Rahman (55) : 2

Dia menciptakan manusia.
QS. ar-Rahman (55) : 3

Mengajarnya pandai berbicara.
QS. ar-Rahman (55) : 4

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
QS. ar-Rahman (55) : 5

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
QS. ar-Rahman (55) : 6

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
QS. ar-Rahman (55) : 7

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
QS. ar-Rahman (55) : 8

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
QS. ar-Rahman (55) : 9

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk- (Nya),
QS. ar-Rahman (55) : 10

di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
QS. ar-Rahman (55) : 11

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
QS. ar-Rahman (55) : 12

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 13

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
QS. ar-Rahman (55) : 14

dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
QS. ar-Rahman (55) : 15

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
QS. ar-Rahman (55) : 16

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
QS. ar-Rahman (55) : 17

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 18

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
QS. ar-Rahman (55) : 19

antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
QS. ar-Rahman (55) : 20

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 21

Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
QS. ar-Rahman (55) : 22

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 23

Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.
QS. ar-Rahman (55) : 24

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 25

Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
QS. ar-Rahman (55) : 26

Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
QS. ar-Rahman (55) : 27

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 28

Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
QS. ar-Rahman (55) : 29

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 30

Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.
QS. ar-Rahman (55) : 31

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 32

Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.
QS. ar-Rahman (55) : 33

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 34

Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).
QS. ar-Rahman (55) : 35

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 36

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
QS. ar-Rahman (55) : 37

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 38

Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.
QS. ar-Rahman (55) : 39

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 40

Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
QS. ar-Rahman (55) : 41

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 42

Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
QS. ar-Rahman (55) : 43

Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya.
QS. ar-Rahman (55) : 44

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 45

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
QS. ar-Rahman (55) : 46

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
QS. ar-Rahman (55) : 47

Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.
QS. ar-Rahman (55) : 48

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 49

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir.
QS. ar-Rahman (55) : 50

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 51

Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.
QS. ar-Rahman (55) : 52

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 53

Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
QS. ar-Rahman (55) : 54

Mana nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 55

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
QS. ar-Rahman (55) : 56

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 57

Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.
QS. ar-Rahman (55) : 58

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 59

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
QS. ar-Rahman (55) : 60

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 61

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.
QS. ar-Rahman (55) : 62

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
QS. ar-Rahman (55) : 63

Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
QS. ar-Rahman (55) : 64

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 65

Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar.
QS. ar-Rahman (55) : 66

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 67

Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.
QS. ar-Rahman (55) : 68

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 69

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
QS. ar-Rahman (55) : 70

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 71

(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
QS. ar-Rahman (55) : 72

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 73

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.
QS. ar-Rahman (55) : 74

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 75

Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.
QS. ar-Rahman (55) : 76

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 77

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.
QS. ar-Rahman (55) : 78